Warga Gemantar Sragen Nguri-Nguri Tradisi Nyadran

Sragen - Nguri-nguri tradisi budaya leluhur masih kental dengan masyarakat Jawa Tengah. Seperti selamatan, sedekah bumi, dan nyadran. Masyarakat melakukan hal itu bukan  menyembah terhadap danyang, lelembut, atau lainnya, namun, sebagai bentuk syukur serta menghormati alam sebagai berkah pemberian Tuhan. 

Dalam adat Jawa penghormatan tidak hanya dilakukan sesama manusia saja, namun terhadap alam dan makhluk lainnya pun saling menghormati. Dengan begitu, antar makhluk tidak saling menyakiti dan menghargai. Karena sesungguhnya, alam merupakan sebuah penciptaan dengan ruh yang dilekatkan. 

Sebuah pohon tak bisa tumbuh dan berbuah jika tidak memiliki ruh kehidupan. Tuhan menciptakan makhluk beraneka ragam serta jenis untuk saling berdampingan dan saling menghormati. 

Sayangnya, bagi kaum milenial hal itu dipandang sebelah mata, menurut mereka yang dilakukan adalah kebodohan. Padahal merekalah yang sebenarnya belum mengetahui falsafah untuk saling menghargai dan menghormati. 

Dalam bahasa Jawa, Nyadran berasal dari kata sadran yang artiya ruwah syakban. Nyadran adalah suatu rangkaian budaya yang berupa pembersihan makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya berupa kenduri selamatan di makam leluhur. 

Sebuah desa / dusun tidak ada begitu saja, namun, ada cikal bakal yang mendahului atau mendirikannya. Tidak dipungkiri semua terjadi karena kehendak Tuhan sang Maha Pencipta, akan tetapi Tuhan tidak menciptakan sesuatu dengan serta merta, karena ada rentetan sejarah untuk menyambungkan sebuah kehidupan sebelumnya, saat ini, hingga kehidupan setelahnya. 

Seperti yang dilakukan masyarakat Mondokan Sragen, Jumat (15/7) masyarakat melakukan Nyadran di Punden Pucanganom dan Sendang Karangwetan Desa Gemantar Kecamatan Mondokan.  

Makam leluhur dipercaya sebagai cikal bakal Desa Gemantar, sementara adanya sendang  menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat setempat, terutama saat musim kemarau tiba. Warga disana tidak kesulitan air meski kondisi daerah sekitar kering kerontang. 

Kades Gemantar Suradi mengatakan kegiatan nyadran masih dilakukan aktif sehabis panen raya. Seluruh warga membawa berbagai jenis hasil alam untuk dinikmati bersama masyarakat setempat. 

"Indonesia terbentuk dari persatuan suku dan budaya, sudah seharusnya, masyarakat nguri-nguri budaya dan tradisi sebagai satu bentuk kebhinekaan yang tak terpisahkan dari Indonesia. Bukan satu ragam, namun aneka ragam untuk menyatu," ucapnya.

Sesepuh Desa Gemantar Bopo Yitno, mengatakan ciri khas Nyadran yang dilakukan di Desa Gemantar sebagai bentuk syukur atas perjuangan para sesepuh terdahulu. Sebagai wujud penghormatan masyarakat membuat berbagai hidangan untuk dinikmati bersama usai melakukan doa.

"Ciri khas di Gemantar membuat Nasi Golong, dan ingkung ayam bakar, serta berbagai buah hasil sawah dan kebun seperti pisang dan lainnya. Kegiatan ini diikuti sekitar 300 an warga, semoga sedekah nyadran diterima oleh Tuhan, dan m3njadi berkah untuk warga Gemantar," tutupnya. 

rik / rub

Lebih baru Lebih lama
Post ADS 1