![]() |
Randy (13) sosok anak asal Pendem yang memiliki kebiasaan menghirup dan meminum bensin. (Sabtu (12/10/2019) rep_ol doc. |
Kebiasaan anak bernama Rendy (13) sering mencium dan meminum bensin. Kebiasaan tak wajarnya belum bisa dihilangkan hingga saat ini. Kemanapun dia pergi selalu membawa cairan mudah terbakar tersebut.
Dari kabar yang beredar di masyarakat anak tersebut selalu membawa bensin yang diambil dari para penjual bensin eceran, kebiasaan lain yang aneh dari anak tersebut, sering masuk ke kolong rumah warga tanpa permisi saat dirinya mengantuk.
Menurut Parno, salah satu penjual eceran, kebiasaan bocah tersebut meminum bensin dikhawatirkan dapat memicu terjadinya kebakaran. "Apalagi saat kemarau seperti ini, banyak jerami yang ada di sekitar rumah," ujarnya.
![]() |
Badi Supeno orang tua Rendy saat dikonfirmasi, Sabtu (12/10/2019). rep_ol doc. |
Kebiasaan Bermula Sejak Berumur 6 Tahun
Menurut keterangan dari ayah Rendy, Badi Subeno (46) kebiasaan putranya tersebut bermula sejak berusia 6 tahun. Saat itu Randy sudah mengenyam pendidikan di kelas 1 sekolah dasar.
"Saat itu, saya memang berjualan bensin eceran. Awalnya Randy sering mencium corong bekas isi bensin, tanpa kami sadari kebiasaan tersebut sering dilakukannya, tapi sepengetahuan saya tidak diminum," terangnya.
Semakin lama kebiasaan Randy semakin tak bisa dihilangkan, bahkan, Randy selalu berupaya mendapatkan bensin untuk dihirupnya. Melihat putranya semakin tak bisa dipisahkan dengan bensin, ia pun menutup usaha jualan bensin eceran. "Meski begitu Randy selalu dapatkan bensin, entah dari mana," tuturnya.
Badi pun berusaha menyembuhkan putranya, dengan membawa putranya ke rumah sakit dan pengobatan alternatif, namun usahanya sia-sia. Putra sulungnya tetap belum bisa meninggalkan kebiasaan buruknya.
"Yang saya khawatirkan kebiasaannya yang sering tidur di kolong rumah orang. Kalau masyarakat sini saya yakin tidak kaget dengan kebiasaan Rendy, namun ketika di daerah lain, bisa membahayakan keselamatan Randy," keluhnya.
Ia mengaku, sudah menghabiskan seluruh hartanya untuk kesembuhan Randy, namun hingga saat ini belum ada perubahan. "Saat masih TK sebenarnya Randy tergolong anak yang cukup pintar, bahkan ia sudah mengenal huruf, sayangnya kebiasaan tersebut membuatnya dikucilkan temannya, dan tidak bisa melanjutkan pendidikan,"ujarnya.
Belum Terima Bantuan Pemerintah Desa
Minimnya, perekonomian membuat Badi, menghentikan pengobatan untuk putranya. "Mungkin jika saya kumpulkan dana pengobatan yang telah saya keluarkan untuk kesembuhan Randy, cukup untuk membeli 4 ekor sapi. Karena saking penginnya Randy bisa kembali sedia kala, hampir seluruh perkataan orang saya turuti namun hingga saat ini belum tampak perubahan," paparnya.
Dituturkannya, karena kondisi ekonomi lemah, ia harus bekerja keras, bahkan saat tim wartawan mengunjungi rumahnya, kediamannya kosong, baru sore hari bisa bertemu dengan pemilik rumah.
"Memang saat Randy dibawa ke rumah sakit sudah koordinasi dengan kecamatan dan diarahkan, namun faktanya biaya dibebankan kepada kami, hingga kami pun tak sanggup untuk melanjutkan pembiayaan berikutnya," terangnya.
Hingga saat ini, lanjutnya kami hanya mampu memberikan pengobatan alternatif karena keterbatasan biaya. "Untuk saat ini kami hanya mampu pasrah," pungkasnya.
rub/red